"TRADISI MEMASAR DESA PAKRAMAN TANGGAHAN PEKEN"

15 November 2018
I Wayan Adnyana Putra Yasa
Dibaca 1.094 Kali

            memasar artinya pergi ke pasar untuk membeli sebuah sarana upakara yakni  pedanan-danan. Pada upacara memasar di Desa Pakraman Tanggahan Peken memiliki cirri khas tersendiri dimana saat akan memulai memasar ada seorang masyarakat yang kesurupan untuk menunggangi Jaran-jaranan (Ucesrawa).

           Ucesrawa adalah salah satu wahana iringan Bhatara saat pergi memasar, sebelum ada yang kerauhan/kesurupan seorang pemongmong /masyarakat maka pelaksanaan memasar itu tertunda ketika sudah ada kerauhan maka tergesa-gesa masyarakat menuju tempat memasar, kadang kala mendahului dan membelakangi iring-iringan memasar itu. Sesampai pada tujuan yang kerauhan tersebut sadar kembali barulah proses upacara memasar itu dilaksanakan dengan dipimpin (di puput) oleh Sulinggih. Dengan berakhirnya rangkaian upacara ketika akan kembali maka yang kerauhan tersebut kembali menunggangi jaran-jaranan (Ucesrawa).Ucesrawa dibuat dari pelepah pinang, daun cemara, benang warna-warni, Gongseng, kain, bunga gemitir, lidi ambu dipakai pecut yang dibuat menyerupai jaran atau kuda. Pelepah pinang adalah Sarana yang paling utama yang dipakai dalam pembuatan Jaran-jaranan (Ucesrawa) adalah pohon pinang.

             Pohon Pinang merupakan pohon yang sangat mudah dicari dan pelepahnya memiliki kelopak yang bisa dipakai membentuk kepala jaran-jaranan (kuda). Pelepahnya dipakai badan, daunnya dipakai bulu dan ekornya. Pembuatan jaran-jaranan (kuda) yang terdapat di Desa Pakraman Tanggahan Peken dalam kegiatan Upacara Memasar harus mempergunakan jaran-jaranan (kuda) memakai pohon pinang karena pohon pinang tidak terlepas juga dari pembuatan upakara yang ada di Bali. Pinang, kapur dan sirih adalah lambang pemujaan tuhan dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Tri Murti. Pinang melambangkan pemujaan kepada Dewa Brahma sebagai pencipta, sirih melambangkan pemujaan kepada Dewa Wisnu sebagai pemelihara dan kapur melambangkan pemujaan kepada Dewa Siwa sebagai pelebur. Jadi makna porosan yaitu memohon tuntunan dan kekuatan dari Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasinya sebagai Dewa Tri Murti agar dapat menciptakan sesuatu yang baik, memelihara sesuatu yang baik, dan meniadakan sesuatu yang bernilai negatif, untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dan semakin baik. Jadi pinang merupakan sarana yang penting dalam pelaksanaan yadnya dalam keyakinan beragama untuk memuja Tuhan Yang Maha Esa, sehingga beliau memberikan keharmonisan Di Desa Pakraman Tanggahan Peken khususnya dan masyarakat pada umumnya.